Takdir Allah atas kemaksiatan itu adalah kebaikan, karena itu terjadi dengan hikmah-Nya yang sempurna. Namun kemaksiatan itu sendiri adalah keburukan.Begitu pula takdir Allah atas musibah, itu adalah kebaikan. Sedangkan musibah itu sendiri adalah buruk. Jika hal ini telah kamu pahami, maka permasalahan akan selesai.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia agar Allah menjadikan mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut…” Yakni sebagai takdir dari Allah, “…disebabkan oleh perbuatan tangan manusia.” Artinya, akibat dari perbuatan manusia sendiri. Lalu apa hikmahnya? “…agar Allah menjadikan mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Wahai saudara-saudaraku! Betapa banyak orang yang lari menjauh dari pintu Allah, tapi musibah justru membuatnya kembali ke pintu-Nya.
Betapa banyak orang yang telah meninggalkan salat, lalu anaknya wafat, lalu ia pun menjadi orang yang senantiasa mendatangi masjid.
Takdir Allah itu pasti selalu baik. Meskipun musibah itu sendiri adalah keburukan bagi manusia. Oleh sebab itu, wahai saudara-saudaraku, musibah itu tidak boleh diminta, karena hakikatnya adalah keburukan. Namun, jika musibah itu telah terjadi, hendaklah seorang hamba berharap ada kebaikan di baliknya. Berharap agar itu menjadi penghapus dosanya. Berharap agar itu membuatnya kembali kepada Rabb-nya. Berharap agar dengan musibah itu, derajatnya ditinggikan di surga.
Saya berikan satu contoh yang mudah. Misalnya, wafatnya seorang anak kecil. Wafatnya anak kecil adalah musibah. Namun jika hal itu terjadi, di dalamnya ada kebaikan. Sebab, anak kecil itu akan memberi syafaat kepada orang tuanya. Bahkan anak itu akan menggandeng tangan kedua orang tuanya hingga masuk ke dalam surga. Selain itu, si anak telah beristirahat dari dunia dan dari segala musibahnya. Jika ia anak dari dua orang tua yang muslim, maka ia akan berada di surga.
Perhatikanlah! Jika kamu memandangnya dengan sudut pandang ini, betapa banyak kebaikan yang terkandung di dalamnya! Namun, itu adalah kebaikan yang tidak boleh diminta. Seseorang tidak disyariatkan berdoa: “Ya Allah, karuniakan anak kepadaku, lalu wafatkan dia.” Doa seperti itu tidak disyariatkan.
Namun, apabila takdir itu terjadi, maka takdir Allah pasti baik. Meskipun musibah itu terasa menyakitkan, dan meskipun secara lahiriah tampak buruk. Namun dalam takdir Allah terdapat hikmah, karunia, dan kenikmatan. Oleh sebab itu, seluruh takdir Allah itu pasti selalu baik.
====
تَقْدِيرُ اللَّهِ لِلْمَعَاصِي خَيْرٌ لِأَنَّهُ عَنْ حِكْمَةٍ تَامَّةٍ وَالْمَعَاصِي نَفْسُهَا شَرٌّوَتَقْدِيْرُ الْمَصَائِبِ خَيْرٌوَالْمَصَائِبُ نَفْسُهَا شَرٌّ إِذَا عَرَفْتَ هَذَا تَنْحَلُّ لَكَ الْمَسْأَلَةُ
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوالَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَقْدِيرًا مِنَ اللَّهِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ بِسَبَبِ مَا اكْتَسَبَتْهُ أَيْدِي النَّاسِ مَا الْحِكْمَةُ؟ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
يَا إِخْوَةُ كَمْ مِنْ شَخْصٍ هَارِبٍ عَنْ بَابِ اللَّهِ رَدَّتْهُ الْمَصَائِبُ إِلَى بَابِ اللَّهِ
كَمْ مِنْ شَخْصٍ مَا كَانَ يُصَلِّي مَاتَ وَلَدُهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الَّذِينَ يُلَازِمُونَ الْمَسْجِدَ
فَتَقْدِيرُ اللَّهِ خَيْرٌ وَإِنْ كَانَتِ الْمُصِيبَةُ ذَاتُهَا شَرًّا وَلِذَلِكَ يَا إِخْوَةُ الْمُصِيبَةُ لَا تُطْلَبُ لِكَوْنِهَا شَرًّا لَكِنَّهَا إِذَا وَقَعَتْ رَجَا الْعَبْدُ فِيهَا الْخَيْرَ رَجَا أَنْ تُكَفِّرَ ذَنْبَهُ رَجَا أَنْ تُعِيدَهُ إِلَى رَبِّهِ رَجَا أَنْ تُرْفَعَ بِهَا مَنْزِلَتُهُ فِي الْجَنَّةِ
وَأَضْرِبُ مِثَالًا قَرِيبًا مَثَلًا مَوْتُ الطِّفْلِ الصَّغِيرِ مَوْتُ الطِّفْلِ الصَّغِيرِ مُصِيبَةٌ وَفِيه خَيْرٌ إِنْ وَقَعَ فَإِنَّ الصَّغِيرَ يَشْفَعُ لِوَالِدَيْهِ حَتَّى يَأْخُذَ بِأَيْدِيهِمَا حَتَّى يَدْخُلَا الْجَنَّةَ ثُمَّ هُوَ قَدِ ارْتَاحَ مِنَ الدُّنْيَا وَمِنْ مَصَائِبِهَا وَإِنْ كَانَ لِمُسْلِمَيْنِ فَهُوَ فِي الْجَنَّةِ
انْظُرُوا إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهِ بِهَذَا النَّظَرِ كَمْ فِيهِ مِنْ خَيْرٍ لَكِنَّهُ خَيْرٌ لَا يُطْلَبُ مَا يُشْرَعُ لِلْإِنْسَان يَقُولُ اللَّهُمَّ اُرْزُقْنِي طِفْلًا وَأَمِتْهُ مَا يُشْرَعُ
لَكِنَّهُ إِذَا وَقَعَ تَقْدِيرُ اللَّهِ خَيْرٌ وَإِنْ كَانَتِ الْمُصِيبَةُ حَارَّةً وَإِنْ كَانَتِ الْمُصِيبَةُ شَرًّا فَتَقْدِيرُ اللَّهِ فِيهِ حِكْمَةٌ وَفِيهِ مِنْحَةٌ وَفِيهِ نِعْمَةٌ وَلِهَذَا تَقْدِيرُ اللَّهِ كُلُّهُ خَيْرٌ